Opel Blazer atau Chevrolet Blazer adalah Mobil SUV mewah pada jamannya. Betapa tidak, meskipun sekarang dikategorikan mobil tua, namun Opel Blazer mengusung segudang teknologi tinggi yang bisa dikatakan sangat jarang pada jamannya, hanya mobil-mobil mewah saja yang telah menerapkannya.
Mobil Jip dengan berat 2 ton ini memiliki kapasitas mesin 2.200cc dan sudah menerapkan teknologi injeksi dan bukan karburator lagi. Silahkan cari mobil-mobil keluaran antara tahun 1996 sampai 2005 yang sudah berteknologi injection, pasti masih sangat jarang sekali kecuali mobil-mobil mewah sekelas BMW atau Mercedes Benz.
Tak heran jika kebutuhan konsumsi bahan bakar pasti lebih banyak dibandingkan mobil dengan cc yang lebih kecil atau dengan berat body yang lebih ringan.
Banyak rumor di masyarakat bahwa mobil eropa adalah mobil yang terkenal boros bahan bakar, susah dalam perawatan, onderdil mahal dan lain-lain, berbeda dengan mobil Jepang yang irit, gampang dirawat dan onderdir murah meraih.
Lantas, apakah benar anggapan yang beredar di masyarakat bahwa mobil Opel Blazer boros BBM?
Sebenarnya tidak ada ukuran yang pasti untuk hal itu. Umumnya masyarakat memang membandingkan dengan sesuatu yang tidak sekelas, kalau mau fair dan adil, silakan dengan yang sekelas.
Bandingkan Opel Blazer dengan mobil Jepang dengan cc yang 2000an dan dengan berat body 2 ton.
Ok, saya coba menulis berdasarkan pengalaman pribadi saja ya, karena kebanyakan tidak punya Blazer atau malah belum pernah mengendarainya tapi sudah mengklaim dan memfonis boros bensin.
Sama seperti ketika saya memelihara Yamaha Jupiter MX, teman-teman saya langsung melabeli motor boros, padahal bagi saya inilah motor paling irit karena sebelumnya saya menggunakan Yamaha F1ZR yang jauh lebih boros bensin.
Pengalaman saya, beberapa kali pulang pergi Jakarta - Wonogiri menggunakan Opel Blazer menghabiskan pertalite sekitar 600 ribuan. Jarak tempuh Jakarta - Wonogiri sekitar 700 km. Waktu itu belum ada Tol Trans Jawa (TJM), tapi sudah ada tol cipali. Jika via tol Cipali dan Tol Trans Jawa, jaraknya sekitar 585 km (berdasarkan data google).
Harga pertalite waktu itu sekitar 7.500 rupiah per liter.
Berarti konsumsi BBM sekitar 80 liter. Angka diperoleh dari 700 km dibagi 80 liter hasilnya 8,75 km/liter.
Untuk perhitungan pastinya, saya tidak hafal karena saya tidak pernah menghitung. Dan jika ditanya pengguna Opel Blazer, pasti akan ditertawakan karena maaf bukannya sombong, tapi bagi kami BBM itu bukan masalah.
Yang jelas waktu mau berangkat, saya isi full tank sekitar 700 ribuan, kemudian isi yang ke dua di daerah Waleri sebesar 400 ribu dan di POM bensin daerah Ngadirojo, Wonogiri dekat dengan rumah saya isi lagi 200 ribu full tank.
Silakan dianalisa sendiri dari data di atas, bandingkan dengan mobil yang memiliki cc 2000 lebih. Kita coba bandingkan dengan mobil Toyota Kijang Innova, saya mendapatkan info di sini
Berdasarkan dari data tersebut, Kijang Innova bermesin 2000 cc, selisih 200 cc lebih rendah dibandingkan Opel Blazer uang ber cc 2200. Silakan tanyakan pengguna motor 200cc, berapa konsumsi BBM per kilometernya.
Berat kendaraan kijang Innova 1665 kg, lebih ringan 335 kg dibandingkan berat kendaraan Opel Blazer 2000 kg.
Sebagai informasi tambahan, kecepatan rata-rata saya menggunakan Opel Blazer adalah 120 km/jam jika di dalam tol dan lancar, secara keseluruhan kondisi jalan sangat macet sekali waktu itu, sekitar tahun 2014 atau 2015.
Bahkan saya berangkat dari Jakarta jam 3 pagi setelah saur dan jam 10 pagi baru di ruas tol Cikunir. Kondisi jalan di Jawa juga macet, mulai dari Pemalang sampai Boyolali padat merayap.
Pola oper gigi biasa saya lakukan ketika RPM sudah mencapai 3000 baru berpindah ke gigi yang lebih tinggi. AC selalu on, saya tidak pernah menggunakan mobil dengan kondisi AC off, kecuali saya sengaja ingin melakukan testing extra fan Opel Blazer, baru AC saya matikan. Audio juga selalu menyala, maklum penumpang yang lain tidur pulas, jadi biar tidak ngantuk dengerin musik.
Silakan disimpulkan sendiri ya, kalau kesimpulan saya pribadi jelas, Opel Blazer tidak boros, standard untuk menarik body 2000 kg.
Jangan dibandingkan dengan mobil LCGC (Low Cost Green Car) atau mobil 1000 cc ya, ini jelas tidak apple to apple.
Konsumsi pertalite menghabiskan 500 ribu atau sekitar 66,67 liter. Harga pertalite sekitar 7.500/liter dengan jarah tempuh Jakarta - Wonogiri via tol 585 km.
Jika dirata-raata maka konsumsi BBM mendekati 1:9 tepatnya 8,76. Angka diperoleh dari 585 km dibagi 66,67 liter hasilnya 8,76
Spesifikasi singkat mobilnya adalah
Merk Opel Blazer
Type SOHC atau dikenal juga dengan istilah Montera
Tahun Pembuatan 2003
Kapasitas Mesin 2200cc
Berat Kendaraan 2000kg
Manual 5 percepatan
Mobil Jip dengan berat 2 ton ini memiliki kapasitas mesin 2.200cc dan sudah menerapkan teknologi injeksi dan bukan karburator lagi. Silahkan cari mobil-mobil keluaran antara tahun 1996 sampai 2005 yang sudah berteknologi injection, pasti masih sangat jarang sekali kecuali mobil-mobil mewah sekelas BMW atau Mercedes Benz.
Tak heran jika kebutuhan konsumsi bahan bakar pasti lebih banyak dibandingkan mobil dengan cc yang lebih kecil atau dengan berat body yang lebih ringan.
Banyak rumor di masyarakat bahwa mobil eropa adalah mobil yang terkenal boros bahan bakar, susah dalam perawatan, onderdil mahal dan lain-lain, berbeda dengan mobil Jepang yang irit, gampang dirawat dan onderdir murah meraih.
Lantas, apakah benar anggapan yang beredar di masyarakat bahwa mobil Opel Blazer boros BBM?
Sebenarnya tidak ada ukuran yang pasti untuk hal itu. Umumnya masyarakat memang membandingkan dengan sesuatu yang tidak sekelas, kalau mau fair dan adil, silakan dengan yang sekelas.
Bandingkan Opel Blazer dengan mobil Jepang dengan cc yang 2000an dan dengan berat body 2 ton.
Ok, saya coba menulis berdasarkan pengalaman pribadi saja ya, karena kebanyakan tidak punya Blazer atau malah belum pernah mengendarainya tapi sudah mengklaim dan memfonis boros bensin.
Sama seperti ketika saya memelihara Yamaha Jupiter MX, teman-teman saya langsung melabeli motor boros, padahal bagi saya inilah motor paling irit karena sebelumnya saya menggunakan Yamaha F1ZR yang jauh lebih boros bensin.
Pengalaman saya, beberapa kali pulang pergi Jakarta - Wonogiri menggunakan Opel Blazer menghabiskan pertalite sekitar 600 ribuan. Jarak tempuh Jakarta - Wonogiri sekitar 700 km. Waktu itu belum ada Tol Trans Jawa (TJM), tapi sudah ada tol cipali. Jika via tol Cipali dan Tol Trans Jawa, jaraknya sekitar 585 km (berdasarkan data google).
Harga pertalite waktu itu sekitar 7.500 rupiah per liter.
Berarti konsumsi BBM sekitar 80 liter. Angka diperoleh dari 700 km dibagi 80 liter hasilnya 8,75 km/liter.
Untuk perhitungan pastinya, saya tidak hafal karena saya tidak pernah menghitung. Dan jika ditanya pengguna Opel Blazer, pasti akan ditertawakan karena maaf bukannya sombong, tapi bagi kami BBM itu bukan masalah.
Yang jelas waktu mau berangkat, saya isi full tank sekitar 700 ribuan, kemudian isi yang ke dua di daerah Waleri sebesar 400 ribu dan di POM bensin daerah Ngadirojo, Wonogiri dekat dengan rumah saya isi lagi 200 ribu full tank.
Silakan dianalisa sendiri dari data di atas, bandingkan dengan mobil yang memiliki cc 2000 lebih. Kita coba bandingkan dengan mobil Toyota Kijang Innova, saya mendapatkan info di sini
Berdasarkan dari data tersebut, Kijang Innova bermesin 2000 cc, selisih 200 cc lebih rendah dibandingkan Opel Blazer uang ber cc 2200. Silakan tanyakan pengguna motor 200cc, berapa konsumsi BBM per kilometernya.
Berat kendaraan kijang Innova 1665 kg, lebih ringan 335 kg dibandingkan berat kendaraan Opel Blazer 2000 kg.
Sebagai informasi tambahan, kecepatan rata-rata saya menggunakan Opel Blazer adalah 120 km/jam jika di dalam tol dan lancar, secara keseluruhan kondisi jalan sangat macet sekali waktu itu, sekitar tahun 2014 atau 2015.
Bahkan saya berangkat dari Jakarta jam 3 pagi setelah saur dan jam 10 pagi baru di ruas tol Cikunir. Kondisi jalan di Jawa juga macet, mulai dari Pemalang sampai Boyolali padat merayap.
Pola oper gigi biasa saya lakukan ketika RPM sudah mencapai 3000 baru berpindah ke gigi yang lebih tinggi. AC selalu on, saya tidak pernah menggunakan mobil dengan kondisi AC off, kecuali saya sengaja ingin melakukan testing extra fan Opel Blazer, baru AC saya matikan. Audio juga selalu menyala, maklum penumpang yang lain tidur pulas, jadi biar tidak ngantuk dengerin musik.
Silakan disimpulkan sendiri ya, kalau kesimpulan saya pribadi jelas, Opel Blazer tidak boros, standard untuk menarik body 2000 kg.
Jangan dibandingkan dengan mobil LCGC (Low Cost Green Car) atau mobil 1000 cc ya, ini jelas tidak apple to apple.
Info Tambahan
Lebaran kemarin, Opel Blazer saya dipakai ponakan pulang kampung, Jakarta - Wonogiri. Kali ini route nya sudah lewat tol terus, mulai dari Jakarta hingga Solo. Karena ponakan saya beranggapan Opel Blazer boros bensin, maka cara mengemudinya berbeda jauh dengan saya, injek gas nya tidak dalam, dan kecepatan dijaga cuma kisaran 70 km/jam.Konsumsi pertalite menghabiskan 500 ribu atau sekitar 66,67 liter. Harga pertalite sekitar 7.500/liter dengan jarah tempuh Jakarta - Wonogiri via tol 585 km.
Jika dirata-raata maka konsumsi BBM mendekati 1:9 tepatnya 8,76. Angka diperoleh dari 585 km dibagi 66,67 liter hasilnya 8,76
Spesifikasi singkat mobilnya adalah
Merk Opel Blazer
Type SOHC atau dikenal juga dengan istilah Montera
Tahun Pembuatan 2003
Kapasitas Mesin 2200cc
Berat Kendaraan 2000kg
Manual 5 percepatan
0 Response to "Benarkah opel blazer boros bensin"
Post a Comment